06 February 2008

Kahlil Gibran

Categories: Puisi


MUSAFIR

Bahwasanya dunia ini adalah tempat singgah untuk sementara waktu
Bukan tempat tinggal yang sebenarnya
Sedangkan manusia yang didalamnya selaku musafir yang sedang berkelana

Awal pertama manusia singgah dalam perut ibunya,
dan terakhir manusia singgah di liang kubur
Manusia masih dalam perjalanan dan yang dituju adalah kampung halaman
yang kekal yaitu akhirat

Maka tiap-tiap tahun yang telah dilalui oleh umurnya laksana satu perhentian,
tiap bulan yang telah lewat selaku istirahat
dan tiap minggu yang dilewatinya selaku suatu kampung yang ditemuinya
dalam perjalanan
Setiap hari selaku satu pal yang ditempuhnya,
setiap detik yang dinafaskannya selaku satu langkah yang dijalani
dan setiap nafas yang dihembuskannya akan mendekatkan dirinya ke pintu akhirat

Dengan demikian manusia makin dekat ke pintu kubur dan makin renggang
dari dunia yang fana ini



RENUNGAN

Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka kedoknya. Sebab dari sumber yang sama yang melahirkan tawa, betapa seringnya ia mengalirkan air mata. Semalam dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwamu maka semakin mampu jiwamu menampung kebahagiaan.

Apabila sedang bergembira mengacalah dalam-dalam ke lubuk jiwa, sebab disanalah akan kamu dapat bahwa hanya yang pernah membuat kamu menderita yang akan mampu memberimu kebahagiaan..

Apabila kamu bersedih mengacalah lagi ke lubuk jiwa, disanalah pula kalian akan mengetahui bahwa sejatinya kamu sedang menangisi sesuatu yang dulunya pernah kamu syukuri.

Kesenangan dan kesedihan tak terpisahkan. Bersama-sama mereka datang, dan ingatlah jika salah satunya bercengkerama dengan kamu di ruang tamu. Maka yang lain sedang ternyenyak dipembaringanmu. Hakikatnya, kamu ditempatkan tepat ditengah timbangan, yang adil, antara kesenangan dan kesedihan. Hanya apabila dapat mengosongkan diri dan tenang hati, maka seimbanglah takaran. Namun jika sang bendahara bermaksud mengangkatmu untuk menguji berat emas-perak dipinggan, disaat itulah kesenangan dan kesedihan timbul tenggelam.

0 comments: